INFARK MIOKARDIUM
SKENARIO
Seorang laki-laki usia
53 tahun datang ke IGD rumah sakit rajawali dengan keluhan sakit dada dan sesak napas.
Berdasarkan hasil anamneses dan pemeriksaan fisik didapatkan keluhan sakit dada
klien dirasakan sejak 6 jam yang
lalu dan menjalar ke tangan kiri hingga tembus ke punggung,
napas terasa sesak dan dirasakan seperti tertimpa benda yang berat. Tekanan darah
100/70 mmHg, denyut nadi 72 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit, temperature 37.4OC. Pada auskultasi bunyi jantung S1 dan S2
terdengar murni regular, suara nafas terdengar adanya ronkhi. Hasil pemeriksaan
diagnostic didapatkan Hb 12.3, leukocyte 12.500, thrombocyt 213.000, hematokrit
36.9, CPK 98, CKMB 532, Troponin T (+), Na 136, K 3.8.
Pada gambaran EKG
menunjukan adanya elevasi segmen ST disertai adanya Q pathologis pada lead II, III
danaVF. Thorak photo edema paru ringan.Theraphy yang diberikanadalah O2 4 liter
/menit. Clopidogrel 75 4 tablet selanjutnya 1x1 tab, cardioaspirin 4 tablet dilanjutkan 1x1 tab.
imdur 60 1x1 tab,
heparinisasi diberikan dan dievaluasi pemberiannya berdasarkan hasil PT dan APTT.
Morphin sulpat diberikan titrase 10 mcg/kg/menit. Selanjutnya pasien dirawat di ruang
ICCU.
PERTANYAAN :
1. Coba identifikasi,
bagaimana anatomi dan fisiologi dari sistem tubuh yang mengalami gangguan pada
pasien diatas ?
1)
Breath
(Pernafasan)
Gejala : - Dispenia dengan atau tanpa kerja,
dispenia nokturnal
- Batuk dengan
atau tanpa sputum
- Riwayat merokok,
penyakit pernapasan kronis
Tanda : - Peningkatan frekuensi
pernapasan, napas sesak/kuat
- Bunyi napas :
krekel/mengi
- Sputum : bersih,
merah muda kental
2)
Blood (Sirkulasi)
Gejala :
Riwayat infark miokard sebelumnya, penyakit arteri koroner,GJK, masalah tekanan
darah, diabetes melitus
Tanda :
- TD : dapat normal atau naik turun, perubahan
postural dicatat dari tidur sampai duduk/berdiri
- Nadi : dapat normal, penuh/tak
kuat,atau lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat,tidak
teratur(distrimia) mungkin terjadi
- Bunyi jantung : bunyi jantung
ekstra: s3/s4 mungkin menunjukkan gagal jantung/penurunan kontraktilitas atau
komplain ventrikel
- Murmur : bila ada menunjukkan
gagal katup atau disfungsi oto papilar
- Friksi : dicurigai perikarditis
- rama jantung : dapat teratur atau
tak teratur
- Edema : distensi vena
jaguler,edema dependen/perifer,edema umum, krekels,mungkin ada dengan gagal
jantung/ventrikel
- Warna : pucat atau sianosis/kulit
abu-abu,clubing finger pada membran
mukosa dan bibir
3) Bowel (Usus)
Tanda :
normal atau bunyi usus menurun
4)
Bone
(Muskulusskleletal)
Skeletal &
cardiac muscle Mb identik.Kadar Serum meningkat dalam 2 jam setelah kerusakan
otot. Kadar puncak pada 6 – 7 jam. Kadar normal setelah 24 – 36 jam.
5)
Neurosensori : gejala (pusing, berdenyuyt saat tidur
atau saat bangun) tanda (perubahan mental, kelemahan)
6)
Nyeri atau
ketidaknyamanan :
gejala : nyeri dada yang timbul mendadak
tidak hilang dengan
istirahat atua nitrogliserin
lokasi :
pada dada anterior, substernal, prekordial, dapat menyebar ke tangan, rahang,
epigastrium, siku, abdomen, punggung,leher.
kualitas : crushing, menyempit, berat,
menetap, tertekan.
intensitas :
biasanya 10 pada skala 1-10,mungkin mengalami nyeri paling buruk yang pernah
dialami.
2. Bagaimana patofisiologi
dari kasus diatas ?buatpatoflowdiagramnya !
Patofisiologi :
Terjadi penyumbatan (oklusi) pada arteri
koronaria kanan atau salah satu cabangnya yang disebabkan oleh ateroskelrosis,
pembentukan trombus, agregasi trombosit, atau stenosis atau spasme arteri
koronaria. Jika oklusi arteri koronaria menyebabkan iskemia yang lama dan lebih
dari 30 hingga 40 menit, maka aka terjadi kerusakan sel miokardium yang
ireversibel (tidak dapat kembali ke bentuk semula) dan kematian otot jantung.
Lokasi infark miokardium tergantung pada pembuluh darah yang tersumbat.
Meskipun iskemia dimulai dengan segera,
ukuran infark bisa terbatas bila peredaran darah dapat dipulihkan dalam waktu 6
jam. Beberapa perubahan terjadi setelah serangan infark miokardium. Enzim dan
protein jantung akan dilepas oleh sel miokar yang mengalami infark. Dalamwaktu
24 jam, otot jantung yang mengalami infark akan mengalami edema dan sianosis.
Selama beberapa hari berikut, leukosit akan menginfiltrasi daerah nekrotik dan
mulai membersihkan sel-sel nekrotik yang membuat tipis dinding ventrikel.
Pembentukan parut dimulai menjelang minggu ketiga sesudah infark miokard, dan
kemudian pada minggu keenam sudah terbentuk jaringan parut yang kuat
Jaringan parut yang terbentuk pada daerah nekrotik
menghambat kontrtaktilitas jantung. Jika hal ini terjadi,mekanisme kompensasi
(vasokontriksi, peningkatan frekuensi jantung dan retensi natrium serta air dalam ginjal) mencoba mempertahankan curah
jantung. Dilatasi ventrikel dapat pula terjadi dalam proses yang dinamakan
remodelin. Secara fungsional infark miokard, dapat menyebabkan penurunan
kontraktilitas pada kondisi gerakan dinding jantung abnormal, kelenturan
ventrikel kiri mengalami perubahan, penurunan volume sekuncup, penurunan fraksi
efeksi, dan kenaikan tekanan diastolik-akhir ventrikel kiri.
3.Apakah masalah
keperawatan utama pada pasien diatas ?
Masalah keperawatan utama :
1.
Nyeri akut b.d iskemia miokard akibat sumbatan arteri
koroner,
2.
Gangguan pola nafas b.d
edema pada paru akibat peningkatan volume cairan, dan
3.
Gangguan perfusi jaringan
b.d penurunan curah jantung
4.
Bagaimana
analisa data dari masalah keperawatan utama pada kasus diatas ?
DATA
|
ETIOLOLGI
|
MASALAH
KEPERAWATAN
|
DS : Tn. X
mengatakan keluhan sakit pada dada dan dirasakan sejak
6 jam yang lalu dan menjalar ke tangan kiri hingga tembus ke punggung.
DO :
TD 100/70 mmHg,
Nadi 72 x/menit,
Suhu 37.4OC.
|
Oklusi arteri koronaria
↓
Kematian sel miokard
↓
Glikolisis anaerob
↓
Produksi asam laktat
↓
Angina
↓
Nyeri
|
Nyeri akut b.d
iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner
|
DS : Tn. X mengatakan keluhan sesak napas dan dirasakan seperti tertimpa benda yang berat
DO :
· Pada auskultasi bunyi jantung S1 dan S2 terdengar murni regular
·
Suara nafas terdengar adanya ronkhi
· Thorak poto menunjukan edema paru ringan
·
RR 28x/menit
|
Kematian sel miokard
↓
Perubahan kontraktilitas jantung
↓
↓ Fungsi ventrikel kiri
↓
↑Volume ciran
↓
↑Tekanan vena sentral dan ↑tekanan baji kapiler pulmonalis
↓
Edema paru
↓
Gangguan pola napas
|
Gangguan pola nafas b.d edema pada paru akibat
peningkatan volume cairan
|
DS : -
DO :
RR28 x/menit,
Pada gambaran EKG menunjukan adanya elevasi segmen
ST disertai adanya Q pathologis pada lead II, III dan Avf,
|
Kematian sel miokard
↓
Perubahan kontraktilitas jantung
↓
↓ Fungsi ventrikel kiri
↓
↓ curah jantung
↓
↓fraksi ejeksi ventrikel kiri
↓
gangguan perfusi jaringan
|
Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung
|
5. Apakah diagnosa keperawatan utama pada kasus diatas ?
1.
Nyeri akut b.d iskemia miokard akibat sumbatan arteri
koroner
2.
Gangguan pola nafas b.d
edema pada paru akibat peningkatan volume cairan
3.
Gangguan perfusi jaringan
b.d penurunan curah jantung
6. Bagamina NCP dari diagnosa keperawatan utama pada kasus diatas ?
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Nyeri akut b.d iskemia miokard akibat sumbatan arteri
koroner
|
selama
diberikan tindakan keperawatan Nyeri berkurang/terkontrol
Kriteria Hasil
:
1.
Klien menyatakan nyeri dada hilang /berkurang
2.
Mendemonstrasikan tehnik penggunaan relaksasi.
3.
Klien terlihat rileks.
|
Tindakan
Keperawatan :
1)
Observasi dan catat lokasi, beratnya (skala 0-10)
dan karakter nyeri (menetap, timbul)
2)
Berikan pasien melakukan posisi yang nyaman
(posisi semi fowler)
3)
Bantu melakukan
tehnik relaksasi, contoh latihan nafas dalam
4)
Observasi ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri menyerupai angina, atau
nyeri IM. Diskusikan riwayat keluarga.
Tindakan Kolaborasi
:
5)
Pemberian obat sesuai indikasi:
- Antiangina
seperti nitogliserin (Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)
-Beta-Bloker
seperti atenolol (Tenormin), pindolol (Visken), propanolol (Inderal)
- Analgetik
seperti morfin, meperidin (Demerol)
- Penyekat
saluran kalsium seperti verapamil (Calan), diltiazem (Prokardia).
|
Tindakan Keperawatan :
(1)
Membantu membedakan penyebab nyeri dan memberikan
informasi tentang kemajuan / perbaikan penyakit, terjadinya koplikasi, dan
keefektipan intervensi.
(2)
Tirah baring pada posisi semi fowler menurunkan
tekanan intra abdomen, namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan
nyeri secara alamiah.
(3)
Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali
perhatian, dapat meningkatkan koping.
(4)
Dapat membandingkan nyeri yang ada dari pola sebelumnya, sesuai
dengan identifikasi komplikasi seperti meluasnya infark, emboli paru, atau
perikarditis.
Tindakan Kolaborasi :
- Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek fasodilatasi koroner,
yang meningkatkan aliran darah koroner dan perfusi miokardia. Efek
vasodilatasi perifer menurunkan volume darah kembali ke jantung (preload)
sehingga menurunkan kerja otot jantung dan kebutuhan oksigen.
- Untuk mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatis,
dengan begitu menurunkan TD sistolik dan kebutuhan oksigen miokard. Catatan:
penyekat B mungkin dikontraindikasikan bila kontraktilitas miokardia sangat
terganggu, karena inotropik negatif dapat lebih menurunkan kontraktilitas.
-
Morfin atau narkotik lain dapat dipakai untuk
menurunkan nyeri hebat pada fase akut atau nyeri berulang yang tak dapat
dihilangkan dengan nitrogliserinuntuk menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi dan mengurangi kerja
miokard.
-
Bekerja melalui efek vasodilatasi yang dapat meningkatkan
sirkulasi koroner dan kolateral, menurunkan preload dan kebutuhan oksigen
miokard. Beberapa di antaranya bekerja sebagai antiaritmia.
|
2.
|
Gangguan pola nafas
b.d edema pada paru akibat peningkatan volume cairan
|
Selama diberikan tindakan keperawatanTn. X tidak kesulitan bernapas
Kriteria Hasil :
1.
Tidak merasakan sesak napas.
2.
Suara napas normal
3.
Kecepatan pernapasan tetap dibawah 20 x/menit pada aktivitas fisik
dan 16 x/menit saat istirahat.
|
Tindakan Keperawatan :
1) Awasi frekuensi, kedalaman, dan
upaya pernapasan.
2)Auskultasi bunyinapas. Catat area yang menurun / tak ada bunyi napas dan
adanya bunyi tambahan, contoh, krekels atau ronki.
3)
Tinggikan kepala tempat tidur, letakan pada posisi duduk tinggi atau semi
Fowler. Bantu ambulasi dini/ peningkatan waktu tidur.
4) Observasi penyimpangan dada. Selidiki penurunan ekspansi atau
ketidaksimetrisan gerakan dada.
5)
Observasi tanda vital
Tindakan Kolaborasi :
6)
Berikan oksigen tambahan dengan
nasal kanul atau masker sesuai indikasi
|
Tindakan Keperawatan :
1.
Penekanan pernapasan (penurunan
kecepatan) dapat terjadi dari penggunaan analgetik berlebihan.
2. Bunyi napas sering menurun pada dasar paru
selama periode waktu setelah pembedahan sehubungan dengan terjadinya
atelektasis. Krekels atau ronki dapat menunjukkan akumulasi cairan.
3. Merangsang fungsi pernapasan/ekspansi paru. Efektif pada pencegahan
dan perbaikan kongesti paru.
4.
Cairan pada area pleural mencegah ekspansi lengkap
(biasanya satu sisi) dan memerlukan pengkajian lanjut status ventilasi.
5. Peningkatan respirasi merupakan
tanda adanya gangguan pola napas
Tindakan Kolaborasi :
6.
Meningkatkan jumlah oksigen yang
ada untuk pemakaian mitokondria dan juga mengurangi ketidak nyamanan sehubungan
dengan iskemia jantung
|
3.
|
gangguan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung
|
selama
diberikan tindakan keperawatan gangguan
perkusi jaringan berkurang atau tidak meluas selama dilakukan tindakan
perawatan
Kriteria Hasil :
1.
Daerah perifer hangat
2.
Tidak sianosis
3.
Gambaran EKG tidak
menunjukan perluasan infark
4.
RR: 16-24x/menit
|
Tindakan
Keperawatan :
(1)
Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler, warna
kulit atau membran mukosa, dasar kuku.
(2)
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai dengan
tempat tidur
(3)
Lihat pasien pucat, sianosis belang, kulit
dingin/lembab, catat kekuatan nadi perifer
(4)
Pantau pernapasan catat kerja pernapasan
Tindakan
Kolaborasi :
(5)
pemeriksaan laboratorium (gas darah, BUN, kretinin,
elektrolit)
(6)
pemberian agen terapeutik yang diperlukan:
- Hepari / Natrium Warfarin (Couma-din)
-
Simetidin (Tagamet), Ranitidin (Zantac), Antasida
-
Trombolitik (t-PA, Streptokinase)
|
Tindakan Keparawatan :
1. Memberikan informasi
tentang derajat atau keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan
intervensi.
2. Meningkatkan ekspansi
paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan sekunder
3. Vasokontriksi sistemik
diakibatkan oleh penurunan curah jantung dibuktikan oleh penurunan perfusi
kulit dan penurunan nadi.
4. Pompa jantung yang
gagal dapat mencetuskan distress pernapasan.
Tindakan Kolaborasi :
5. Indikator
perfusi/fungsi organ
6.
Kolaborasi obat :
- Dosis rendah heparin diberikan secara
profilaksis pada pasien resiko tinggi (contoh, fibrilasi atrial, kegemukan,
aneurisma ventrikel, atau riwayat tromboflebitis) dapat menurunkan resiko
tromboflebitis atau pembentukan trombus mural. Coumadin obat pilihan untuk
terapi antikoagulan jangka panjang/pasca pulang.
- Menurunkan atau menetralkan asam lambung,
mencegah ketidak nyamanan dan irigasi gaster, khususnya adanya penurunan
sirkulasi mukosa.
- Pada infark luas atau IM
baru, trombolitik merupakan pilihan utama (dalam 6 jam pertama serangan IMA)
untuk memecahkan bekuan dan memperbaiki perfusi miokard.
|
PATOFLOWDIAGRAM INFARK MIOKARD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar