STANDAR
ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS
DISUSUN
OLEH :
ELYSABETH
RAULINA
(1112018)
S1
KEPERAWATAN
2014
DAFTAR
ISI
Lembar
Judul...................................................................................................... i
Lembar
Pertama.................................................................................................. ii
Daftar
Isi............................................................................................................ iii
Bab
I Pendahuluan.............................................................................................. 1
1.1. Definisi
Abortus..................................................................................... 1
1.2. Jenis-Jenis
Abortus............................................................................... 1
1.3. Ptofisiologi........................................................................................... 3
Etiologi................................................................................................. 3
Patofisiologi Abortus Spontan............................................................... 4
Manifestasi Klinik................................................................................... 5
1.4. Cara
Mendiagnosis................................................................................ 6
1.5. Standar
Penanganan/Pengobatan........................................................... 6
Bab
II Standar Asuhan Keperawatan..................................................................... 8
2.1. Pengkajian
Keperawatan........................................................................ 8
2.2. Diagnosis
Keperawatan.......................................................................... 9
2.3. Perencanaan
Keperawatan...................................................................... 12
Referensi............................................................................................................ 13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Definisi Abortus
Abortus
adalah fetus dengan berat kurang dari 500 gram atau umur kehamilannya kurang
dari 20 minggu pada saat dikeluarkan dari uterus, yang tidak mempunyai
kemungkinan hidup. (Dorland, 2002)
Menurut
Norman F. Gant (2010), “abortus didefinisikan sebagai penghentian kehamilan
oleh sebab apapun. Jika abortus terjadi secara spontan, istilah awam keguguran
(miscarriage) sering digunakan. aborsi menandakan terhentinya kehamilan
sebelum usia gestasi lengkap 20 minggu, atau 139 hari, dihitung dari hari
pertama haid normal terakhir. Kriteria yang sering digunakan untuk abortus
adalah pegeluaran janin atau neonatus yang beratnya kurang dari 500 gram.”
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa abortus adalah terhentinya kehamilan
sebelum usia gestasi 20 minggu atau 139 hari dihitung dari hari pertama haid
normal yang disertai dengan pengeluaran janin atau fetus yang beratnya kurang
dari 500 gram dikeluarkan melalui uterus yang tidak mempunyai kemugkinan hidup.
1.2. Jenis-Jenis Abortus
Menurut
Norman F. Gant abortus dibedakan menjadi dua yaitu abortus yang terjadi secara
spontan dan abortus karena di induksi, kedunya akan di bahas satu persatu
dibawah ini.
a. Abortus
Spontan
Kehilangan janin yang
tidak disadari secara dini. Kehilangan janin yang secara klinis diketahui
kemungkinan besar juga meliputi sejumlah abortus dengan janin yang telah
meninggal beberapa minggu sebelum janin tersebut keluar.
Berdasarkan aspek klinis, abortus spontan
biasanya dikelompokan kedalam lima subgroup : abortus iminem, insipien,
inkompletus, missed, dan rekuran. Berikut
uraiannya .
i. Abortus
iminem (“mengancam”) adalah perdarahan pervaginam atau setiap duk vagina yang
berdarah selama paruh pertama kehamilan. Perdarahan umumnya sedikit, tetapi
dapat menetap selama beberapa hari atau minggu. Nyeri pada abortus iminem
mungkin terasa dibagian anterior dan jelas ritmik, mirip nyeri bersalin; nyeri
punggung bawah yang menetap disertai perasaan seperti tekanan dipanggul; atau
rasa tidak nyaman yang terkumpul di garis tengah suprasimfisisdisertai nyeri
tekan diatas uterus. Jika uterus yang diukur secara akurat dalam periode waktu
tertentu tidak membesar malah mengecil, dapat disimpulkan bahwa janin telah
meninggal.
ii. Abortus
insipien adalah abortus yang ditandai oleh robekan selaput ketuban yang nyata
disertai dilatasi serviks.
iii. Abortus
inkompletus adalah abortus yang terjadi
pada minggu kesepuluh, janin dan plasenta kemungkinan besar dikeluarkan
bersama-sama, tetapi sesudah minggu kesepuluh, pengeluaran terjadi secara
terpisah. Perdarahan yang menyertai abortus pada kehamilan yang lebih lanjut
seringkali banyak dan kadang-kadang massif sehingga menimbulkan hypovolemia
berat.
iv. Missed abortion adalah retensi produk konsepsi in utero yang sudah
meninggal selama 4-8 minggu atau lebih. Saat ovum mati, mungkin mungkin timbul
perdarahan vagina atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus iminem. Pada
palpasi dan pengukuran uterus akan menunjukan bahwa uterus tidak berhenti
membesar, tetapi malah mengecil akibat absorbpsi cairan amnion dan maserasi janin.
v. Abortus
spontan rekuren adalah abortus spontan yang terjadi setelah tiga kali atau
lebih abortus spontan yang beruntun . abortus spontan rekuren umumnya terjadi
secara kebetulan.
b. Abortus
yang Diinduksi (Abortus Buatan) yaitu tindakan abortus yang sengaja dilakukan. Dua
bentuk abortus yaitu abortus terapeutikus (abortus
provokatus medisinalis) dan abortus elektif (abortus provokatus kriminalis), berikut uraiannya.
i. Abortus
Terapeutik (Abortus Provokatus Medisinalis)
Adalah penghentian kehamilan sebelum janin mampu hidup
demi keselamatan atau kesehatan ibunya. Indikasi dilakukannya abortus
terapeutikus menurut kebijakan yang dibuat oleh American College of Obstetrician and Gynecologists
(1) Jika
diteruskan, kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau menyebabkan gangguan
kesehatan yang serius. Dalam menentukan apakah ada resiko kesehatan semacam
itu, dapat diper5timbangkan lingkungan pasien keseluruhan, saat ini atau pada
masa mendatang yang relevan.
(2) Jika
kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest.
Pada kasus seperti ini digunakan kriteria medis yang sama dalam evaluasi
pasien.
(3) Jika
kehamilan diteruskan, kemungkinan besar anak dilahirkan dengan deformitas fisik
atau retardasi mental yang parah.
ii. Abortus
Elektif (Sukarela) / Abortus Provokatus Kriminalis
Adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable (mampu
hidup) atas permintaan pasien, teapi bukan disebabkan risiko ibu atau penyakit
janin. Atau aburtus pada kehamilan yang tidak diinginkan.
1.3.
Patofisiologi
Etiologi abortus menurut Norman F. Gant
diantaranya:
a. Kelainan
perkembangan zigot
Temuan morfologik yang paling sering ditemukan pada
abortus spontan dini adalah kelainan perkembangan sigot, mudigah, janin dini,
atau, kadang, plasenta. Perkembangan
janin yang abnormal terutama pada trimester pertama- dapat diklasifikasikan
sebagai perkembangan abnormal (aneploidi) dan normal (euploidi).
i.
Abortus aneploidi-50 sampai 60% abortus
spontan dini disebabkan oleh anomaly kromosom bayi.
ii.
Abortus euploidi-abortus pada janin dengan
kromosom normal biasanya terjadi pada usia gestasi lebih lanjut. (Norman F.
Gant, 2010)
b. Faktor
maternal
Berbagai penyakit dan kelainan perkembangan diperkirakan
berperan dalam abortus euploid.
i.
Infeksi kronik
Listeria
monocytogenes dan toxoplasma
gondii dapat menyebabkan abortus. Isolasi mycoplasma hominis dan ureaplasma
urealyticum dari traktus genitalia.
ii.
Efek Endokrin
Insiden abortus dilaporkan meningkat akibat
hipertiroidisme, diabetes mellitus, dan defisiensi progesteron.
iii.
Obat reaksional dan toksin lingungan
a) Tembakau
dihubungkan dengan peningkatan insiden abortus euploidi.
b) Alcohol,
dengan konsumsi sedang dapat menyebabkan abortus euploidi. Radiasi dalam dosis
yang cukup terbukti merupakan abortifasien.
c) Lingkungan
misalnya arsen, timah hitam, formaldehid, benzene, dan etilen oksida dapat
meningkatkan angka abortus.
iv.
Faktor imunologik
a) Adanya
mekanisme autoimun, yaitu mekanisme repon selular atau humoral yang ditujukan
ke bagian tertentu pejamu itu sendiri contohnya SLE.
b) Alogeneitas,
yaitu ketidakcocokan genetic pada berbagai hewan dalam satu spesies. Janin
manusia merupakan transplan alogenik yang yang ditoleransi oleh ibunya atas
alas an-alasan yang belum sepenuhnya dipahami walaupun terdapat beberapa
mekanisme imunologik yang yang dilaporkan dapat mencegah penolakan janin.
v.
Gamet yang menua
Usia sperma dan sel telur
dapat mempengaruhi angka abortus spontan.
vi.
Laparatomi- trauma laparatomi kadang dapat
memicu abortus. Semangkin dekat letak pembedahan dengan organ-organ panggul,
maka resikonya semakin besar.
c. Faktor
Paternal
Translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan
terbentuknya zigot yang memiliki bahan romosom terlalu sedikit atau banyak
sehingga menyebabkan abortus.
Jenis Abortus
|
Manifestasi KLinik
|
Terapi
|
Abortus imminem
|
· Nyeri/kramp
abdomen ringan
· Perdarahan
ringan, encer
· Pemeriksaan
dalam:
-
Serviks tertutup
-
Hegar positif
-
Piskacek positif
-
Chadwieck positif
· Tes
kehamilan positif
|
· Istirahat
total
· Terapi
medikamentosa:
- Sedative
ringan
- Plasentogenik
hormonal
v Duphaston
v Gestanon
v Premaston
- Relaksana
v Duphadilan
· Kegagalan,
menjadi abortus insipient
|
Abortus insipient
|
· Terasa
nyeri, kramp lebih berat
· Perdarahan
disertai gumpalan
· Pemeriksaan
dalam:
-
Servik sudah ada
-
Ketuban menonjol
-
Kontraksi uterus
· Tes
kehamilan mungkin masih poitif
|
· Abortus
tidak mungkin dihindari, sebaiknya diikuti terminasi.
· Perdarahan
dapat dihentikan.
|
Abortus inkompletus
|
· Mengeluarkan
jarngan sebagian masih intra uterine
· Ancaman
perdarah, keganasan, dan infeksi
· Pemeriksaan
dalam:
-
Servik ada, teraba jaringan sisa
-
Perdarahan dapat bertambah
· Tidak
dapat dipertahankan
|
· Perdarahan
mengancam sisa hasil konsepsi dengan kuretase
· Kepastian
diperiksakan PA
· Terapi
tambahan:
-
Infus caian pengganti
-
Transfuse darah
-
Antibiotika IV / IM dan uteritonika,
perdarahan dapat diatasi.
|
Abortus kompletus
|
· Perdarahan
sudah minimal
· Jaringan
sudah ekspulsi total
· Besarnya
uterus mendekati normal
· Pemeriksaan
dalam:
-
Serviks masih ada, jaringan kosong
-
Perdarahan minimal
|
· Sebagian
ahli berpendapat, oleh karena sudah lengkap ekspulsi, tidak perlu dibersihkan
dengan kuretase
· Sisa
hasil konsepsi menimbulakan bahaya:
-
Perdarahan
-
Infeksi
-
Degenerasi ganas-khorio Ca
|
1.4. Cara Mendiagnosis
Hasil
pemeriksaan USG tidak normal (Ida Ayu, 2010)
Bentuk abnormal
|
Keterangan
|
Blighted Ovum
|
·
Terbentuknya plasenta tetapi fetal
plate tidak terbentuk.
·
Gestation sac, bentuknya tidak
teratur, tertekan oleh dinding uterus
·
Ter kehamilan positif, sebaiknya
terminasi oleh karena tidak akan terjadi kehamilan
|
Mola hidatidosa
|
·
Tampak gambaran seperti TV mati,
akibat terdapat gelembung mola dengan hidropik degenerasi.
·
Tes hamil positif kuat.
·
Pos terminasi diikuti dengan
khemoterapi.
|
Kelainan kongenital
|
·
Kemungkinan kelainan kongenital:\
- Anasefalus.
- Hidrosefalus.
- Spina
bifida.
- Kelainan
lainnya.
·
Untuk kepastiannya dilakukan evaluasi
dan konsultasi
|
1.5.
Standar
Penanganan/Pengobatan
a. Abortus
imminen: terapi bedrest, tokolitik, plasentogenik hormonal, ANC-hamil aterm
b. Abortus
insipient, inkompletur, kompletus :
- Pasang
infus cairan pengganti.
- Transfuse
darah
- Persiapan
untuk kuretase:
·
Mempercepat pengambilan jaringan-hasil
konsepsi
·
Mempercepat berhentinya pendarahan
·
Mengurangi infeksi dan degenerasi gasan.
- Tambahan
terapi:
·
Antibiotika
·
Uterotonika
·
Terapi suportif
c. Missed
abortion
- Persiapan
terminasi
·
Pemeriksaan fisik umum
·
Pemeriksaan laboratorium. Faal hemostatis
darah : trombosit, bleeding/clothing time, jumlah fibrinogen darah.
- Bila
besar uterus diatas 14 minggu:
·
Persiapan: estradiol 2×40 mg selama 3-5 hari,
laminaria 24-48 jam
·
Profilaksis antibiotika.
- Besar
uterus kurang dari 14 minggu:
·
Langsung D&C
·
Dilindungi oksitosin drip
- Induksi
terminasi:
·
Oksitosin drip
·
Prostaglandine
- Ekspulsi
spontan:
·
Ikuti dengan kuretase untuk menjamin bersih
(Ida Ayu, 2010)
BAB II
STANDAR
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1.
Pengkajian
Data yang dikaji menurut Virginia Handerson :
1)
Pola Bernapas
Pada pasien abortus pola napas normal, tidak ada suara
napas tamabahan, bunyi padu jelas dan vesikuler.
2)
Pola Makan dan Minum
Kurang nutrisi pada saat sebelum dan sesudah abortus.
3)
Pola Eliminasi
Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat,
bising usus tidak ada.
4)
Pola Mobilisasi
Pada pasien pasca abortus diharuskan untuk bedrest total untuk
mencegah terjadinya perdarahan.
5)
Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum
abortus pola tidur pasien biasanya normal 7-8 jam, setelah abortus pola tidur
pasien kurang dari 7 jam.
6)
Pola Berpakaian
Pada penderita abortus tidak ada masalah dalam
berpakaian, namun pada saat terjadi perdarahan berulang basanya memakai baju
longgar.
7)
Pola Suhu Tubuh
Biasanya pada pasien abortus suhu dalam batas normal
(36-37 C°).
8)
Pola kebersihan Tubuh
Pada pasien abortus kebersihan pasien tidak ada masalah.
9)
Pola Menghindari Bahaya
Kemanan dan pencegahan pada pasien sebelum terjadi
abortus kurang diperhatikan, sehingga mudah terjadi abortus pada kehamilan
dini.
10)
Pola Komunikasi
Pada penderita aborsi dalam berkomunikasi tidak ada masalah,
namun dalam berkomunikasi perawat harus mengutamakan privasi klien.
11)
Pola Bekerja
Pada pasien abortus
biasanya sebelum terjadi abortus beban kerja pasien berat, terlalu banyak
aktivitas.
12)
Pola Bermain
Biasanya pada pasien dengan abortus sering terpapar
toksoplasma dari peliharaanannya yang menyebabkan abortus.
13)
Pola Belajar
Biasanya pasien dalam mengambil keputusan dibantu oleh suami dan keluarga.
Pasien dalam menghadapi masalah meminta bantuan kepada keluarga serta teman
terdekat pasien.
14)
Pola Spiritual
Pasien sebelum mengalami abortus jarang beribadah.
2.2.
Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaborasi
No. DX
|
Diagnosa
|
Keterangan
|
1.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Koping/Toleransi Stress: Respon Koping: Ansietas
|
|
Definisi
|
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak
menghadapi ancaman.
|
|
Batasan Karakteristik
|
· Perilaku:
-
Penurunan
produktivitas
-
Gerakan yang irelevan
-
Gelisah
-
Melihat sepintas
-
Insomnia
-
Kontak mata yang
buruk
-
Mengekspresikan kekhawatiran
karena perubahan dalam peristiwa hidup
-
Agitasi
-
Mengintai
-
Tampak waspada.
· Afektif:
-
Gelisah
-
Kesedihan yang
mendalam
-
Distress
-
Ketakutan
-
Perasaan yang tidak
adekuat
-
Berfokus pada diri
sendiri
-
Peningkatan
kewaspadaan
-
Iritabilitas
-
Gugup
-
Senang berlebihan
-
Rasa nyeri yang
meningkatkan ketidakberdayaan
-
Peningkatan rasa
ketidakberdayaan persisten
-
Bingung
-
Menyesal
-
Ragu/tidak percaya
diri
-
Khawatir
· Fisiologis :
-
Wajah tegang
-
Tremor tangan
-
Peningkatan
ketegangan
-
Gemetar
-
Tremor
-
Suara bergetar
· Simpatik :
-
Anoreksia
-
Eksitasi
kardiovaskuler
-
Diare
-
Mulut kering
-
Wajah merah
-
Jantung
berdebar-debar
-
Peningkatan tekanan
darah
-
Peningkatan denyut
nadi
-
Peninkatan reflex
-
Peningkatan frekuesi
pernapasan
-
Pupil melebar
-
Kesulitan bernapas
-
Vasokontriksi
superfisial
-
Kedutan pada otot
-
Lemah
· Parasimpatik :
-
Nyeri abdomen
-
Penurunan tekanan
darah
-
Penurunan denyut nadi
-
Diare
-
Vertigo
-
Letih
-
Mual
-
Gangguan tidur
-
Kesemutan pada
ekstremitas
-
Sering berkemih
-
Anyang-anyang
-
Dorongan segera
berkemih
· Kognitif
-
Menyadari gejala
fisiologis
-
Bloking pikiran
-
Konffusi
-
Penurunan lapang
persepsi
-
Kesulitan
berkonsentrasi
-
Penurunan kemampuan
untuk belajar
-
Penurunan kemampuan
untuk memecahkan masalah
-
Ketakutan terhadap
konsekuensi yang tidak spesifik.
-
Lupa
-
Gangguan perhatian
-
Khawatir
-
Melamun
-
Cenderung menyalahkan
orang lain
|
Faktor yang berhubungan
|
· Perubahan dalam:
-
Status ekonomi
-
Lingkungan
-
Status kesehatan
-
Pola interaksi
-
Fungsi peran
-
Status peran
· Pemajanan toksin
· Terkait keluarga
· Herediter
· Infeksi/kontaminan interpersonal
· Penularan penyakit interpersonal
· Krisi maturasi
· Krisis situasional
· Stress
· Penyalahgunaan zat
· Ancaman kematian
· Ancaman pada:
-
Status ekonomi
-
Lingkungan
-
Status kesehatan
-
Pola interaksi
-
Fungsi peran
-
Status peran
-
Konsep diri
· Konflik yang tidak disadari mengenai tujuan penting hidup
· Konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang esensial/penting
· Kebutuhan yang tidak dipenuhi.
|
|
2.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Keamanan/perlindungan : Risiko Infeksi
|
Definisi
|
Mengalami peningkatan risiko terserang organisme
patogenik
|
|
Batasan Karakteristik
|
-
|
|
Faktor yang berhubungan
|
-
|
|
Faktor risiko
|
· Penyakit kronis
-
DM
-
Obesitas
· Pengetahuan yang tidqak cukup untuk menghindari pemajanan pathogen
· Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
-
Gangguan peristaltis
-
Kerusakan integritas
kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur invasif)
-
Perubahan sekresi pH
-
Penurunan kerja
siliaris
-
Pecah ketuban dini
-
Pecah ketuban lama
-
Merokok
-
Statis cairan tubuh
-
Trauma jaringan
(mis.,trauma, destruksi jaringan)
· Ketidakadekuatan pertahanan sekunder:
-
Penurunan hemodlobin
-
Imunosupresi (mis.,
imunitas didapat tidak adekuat; agens farmaseutikal termasuk imunosupresan ,
steroid, antibody monoclonal, imunomodulator)
-
Leukopenia
-
Supresi respon
inflamasi
· Vaksinasi tidak adekuat
· Pemajanan terhadap pathogen lingkungan meningkat
-
Wabah
· Malnutrisi.
|
2.3.
Perencanaan
|
Perencanaan
|
|
No.
|
Outcome ( NOC )
|
Rencana Tindakan ( NIC )
|
1.
|
Koping/Toleransi Stress: Respon Koping: Ansietas
Kriteria (NOC) : control kecemasan (1402)
·
Pantau intensitas
kecemasan
·
Mengeliminasi
penyebab kecemasan
·
Mengurangi ransangan
lingkungan ketika cemas.
·
Mencari informasi untuk
mengurangi kecemasan
·
Perencanaan strategi coping
dalam situasi stress.
·
Menggunakan strategi
coping yang efektif.
·
Menggunakan teknik
relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
·
Mempertahankan kinerja peran
·
Mempertahankan hubungan
social
·
Menpertahankan
konsentrasi
·
Melaporkan tidur yang
cukup,
·
Melaporkan adanya manifestasi fisik dari kecemasan
·
Manifestasi perilaku
pada saat kecemasan tidak ada.
·
Control respon
kecemasan.
|
Sub kegiatan :
Support Group (5430)
·
menentukan tujuan
kelompok dan sifat dari proses kelompok
·
menciptakan suasana santai, menerima suasana
·
menjelaskan tujuan
awal kelompok dan anggota
dan tanggung jawab pemimpin
·
memilih anggota
yang dapat memberikan kontribusi dan manfaat dari interaksi kelompok
·
membentuk kelompok dengan
jumalah 5 hingga 12 anggota,
·
menentukan waktu dan tempat
untuk pertemuan kelompok.
·
Pertemuan dilakukan
satu sampai dua jam, disesuaikan.
·
mempublikasikan kebijakan keanggotaan untuk menghindari masalah yang mungkin
timbul saat kelompok berlangsung.
·
memantau dan
mengarahkan keterlibatan aktif anggota
kelompok
·
mendorong ekspresi
dan berbagi pengetahuan pengalaman
·
mendorong rasa gotong royong
·
menekankan pentingnya mengatasi coping
yang aktif.
·
mengidentifikasi tema topik yang terjadi dalam
diskusi kelompok
·
membantu kemajuan
kelompok melalui tahap perkembangan
kelompok: dari orientasi melalui kekompakan pemutusan
Teaching: Individual (5606)
·
menilai tingkat
saat pasien pengetahuan dan pemahaman tentang konten
·
menentukan kemampuan
pasien untuk mempelajari informasi
khusus (misalnya, tingkat
perkembangan, tingkat fisiologis,
orientasi, nyeri, kelelahan, kebutuhan dasar terpenuhi, keadaan emosional, dan adaptasi terhadap penyakit)
·
menentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi tertentu (yaitu, keyakinan kesehatan, ketidakpatuhan masa lalu, pengalaman buruk dengan perawatan kesehatan / pembelajaran, dan tujuan yang saling bertentangan)
·
menyesuaikan konten kognitif pasien, psikomotor,
dan / atau
afektif kemampuan / cacat
|
2.
|
Keamanan/perlindungan : Risiko Infeksi
Kriteria Hasil : deteksi resiko (1908) dan
·
mengenali tanda-tanda
dan gejala yang mengindikasikan
risiko
·
mengidentifikasi risiko kesehatan yang potensial
·
mencari validasi dari risiko yang dirasakan
·
melakukan pemeriksaan diri pada interval yang
direkomendasikan
·
memakai sumber daya yang ada
untuk menginformasikan potensial resiko.
·
menggunakan layanan kesehatan kongruen sesuai
kebutuhan
|
Sub kegiatan :
Vital Sign Mnitoring (6680)
·
monitor tekanan
darah, nadi, suhu, dan pernapasan pasien.
·
memulai dan mempertahankan perangkat pemantauan suhu terus menerus, yang
sesuai.
·
Pantau adanya sianosis sentral dan perifer.
·
Periksa secara periodic alat bantu yang
dipergunakan pasien.
Shock Management (4250)
·
Pantau
tanda-tanda vital, tekanan ortostatik darah,
status mental, dan output urin
·
Posisikan posisi pasien untuk perfusi yang optimal.
·
Menjaga kepatenan infusan.
·
Pantau tanda-tanda hemodinamik
(contoh tekanan vena sentral, CRT)
|
REFERENSI
Dorland. (2002). Kamus Kedokteran Dorland (29
ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Gant, N. F. (2010). Dasar-Dasar
Ginekologi & Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Herdman, Heather (2012). NANDA
Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC
Ida Ayu, d. (2010). Bulku
Ajar Penutun Kuliah Ginekologi. Jakarata: CV. Trans info Media.
Johnson, Marion (2000). Nursing Outcome Classification (NOC). America: Mosby
Dochterman, McCoskey. dkk (2004). Nursing Interventions Classification (NIC).America:
Mosby
Yulaikhah, L.
(Jakarta). Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. 2008: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.