Jumat, 21 November 2014

ASKEP ABORTUS



STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS






DISUSUN OLEH :
ELYSABETH RAULINA
(1112018)


 




 
S1 KEPERAWATAN
2014




 
DAFTAR ISI

Lembar Judul...................................................................................................... i
Lembar Pertama.................................................................................................. ii
Daftar Isi............................................................................................................ iii
Bab I Pendahuluan.............................................................................................. 1
1.1.   Definisi Abortus..................................................................................... 1
1.2.   Jenis-Jenis Abortus............................................................................... 1
1.3.   Ptofisiologi........................................................................................... 3
Etiologi................................................................................................. 3
Patofisiologi Abortus Spontan............................................................... 4
Manifestasi Klinik................................................................................... 5
1.4.   Cara Mendiagnosis................................................................................ 6
1.5.   Standar Penanganan/Pengobatan........................................................... 6
Bab II Standar Asuhan Keperawatan..................................................................... 8
2.1.   Pengkajian Keperawatan........................................................................ 8
2.2.   Diagnosis Keperawatan.......................................................................... 9
2.3.   Perencanaan Keperawatan...................................................................... 12
Referensi............................................................................................................ 13




  

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Definisi Abortus
Abortus adalah fetus dengan berat kurang dari 500 gram atau umur kehamilannya kurang dari 20 minggu pada saat dikeluarkan dari uterus, yang tidak mempunyai kemungkinan hidup. (Dorland, 2002)
Menurut Norman F. Gant (2010), “abortus didefinisikan sebagai penghentian kehamilan oleh sebab apapun. Jika abortus terjadi secara spontan, istilah awam keguguran (miscarriage) sering digunakan. aborsi menandakan terhentinya kehamilan sebelum usia gestasi lengkap 20 minggu, atau 139 hari, dihitung dari hari pertama haid normal terakhir. Kriteria yang sering digunakan untuk abortus adalah pegeluaran janin atau neonatus yang beratnya kurang dari 500 gram.”
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum usia gestasi 20 minggu atau 139 hari dihitung dari hari pertama haid normal yang disertai dengan pengeluaran janin atau fetus yang beratnya kurang dari 500 gram dikeluarkan melalui uterus yang tidak mempunyai kemugkinan hidup.

1.2.   Jenis-Jenis Abortus
Menurut Norman F. Gant abortus dibedakan menjadi dua yaitu abortus yang terjadi secara spontan dan abortus karena di induksi, kedunya akan di bahas satu persatu dibawah ini.
a.     Abortus Spontan
Kehilangan janin yang tidak disadari secara dini. Kehilangan janin yang secara klinis diketahui kemungkinan besar juga meliputi sejumlah abortus dengan janin yang telah meninggal beberapa minggu sebelum janin tersebut keluar.
Berdasarkan aspek klinis, abortus spontan biasanya dikelompokan kedalam lima subgroup : abortus iminem, insipien, inkompletus, missed, dan rekuran. Berikut uraiannya .
i.      Abortus iminem (“mengancam”) adalah perdarahan pervaginam atau setiap duk vagina yang berdarah selama paruh pertama kehamilan. Perdarahan umumnya sedikit, tetapi dapat menetap selama beberapa hari atau minggu. Nyeri pada abortus iminem mungkin terasa dibagian anterior dan jelas ritmik, mirip nyeri bersalin; nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan seperti tekanan dipanggul; atau rasa tidak nyaman yang terkumpul di garis tengah suprasimfisisdisertai nyeri tekan diatas uterus. Jika uterus yang diukur secara akurat dalam periode waktu tertentu tidak membesar malah mengecil, dapat disimpulkan bahwa janin telah meninggal.
ii.     Abortus insipien adalah abortus yang ditandai oleh robekan selaput ketuban yang nyata disertai dilatasi serviks.
iii.    Abortus inkompletus adalah  abortus yang terjadi pada minggu kesepuluh, janin dan plasenta kemungkinan besar dikeluarkan bersama-sama, tetapi sesudah minggu kesepuluh, pengeluaran terjadi secara terpisah. Perdarahan yang menyertai abortus pada kehamilan yang lebih lanjut seringkali banyak dan kadang-kadang massif sehingga menimbulkan hypovolemia berat.
iv.    Missed abortion adalah  retensi produk konsepsi in utero yang sudah meninggal selama 4-8 minggu atau lebih. Saat ovum mati, mungkin mungkin timbul perdarahan vagina atau gejala lain yang mengisyaratkan abortus iminem. Pada palpasi dan pengukuran uterus akan menunjukan bahwa uterus tidak berhenti membesar, tetapi malah mengecil akibat absorbpsi cairan amnion dan maserasi janin.
v.     Abortus spontan rekuren adalah abortus spontan yang terjadi setelah tiga kali atau lebih abortus spontan yang beruntun . abortus spontan rekuren umumnya terjadi secara kebetulan.
b.    Abortus yang Diinduksi (Abortus Buatan) yaitu tindakan abortus yang sengaja dilakukan. Dua bentuk abortus yaitu abortus terapeutikus (abortus provokatus medisinalis) dan abortus elektif (abortus provokatus kriminalis), berikut uraiannya.
i.      Abortus Terapeutik (Abortus Provokatus Medisinalis)
Adalah penghentian kehamilan sebelum janin mampu hidup demi keselamatan atau kesehatan ibunya. Indikasi dilakukannya abortus terapeutikus menurut kebijakan yang dibuat oleh American College of Obstetrician and Gynecologists
(1)   Jika diteruskan, kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau menyebabkan gangguan kesehatan yang serius. Dalam menentukan apakah ada resiko kesehatan semacam itu, dapat diper5timbangkan lingkungan pasien keseluruhan, saat ini atau pada masa mendatang yang relevan.
(2)   Jika kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Pada kasus seperti ini digunakan kriteria medis yang sama dalam evaluasi pasien.
(3)   Jika kehamilan diteruskan, kemungkinan besar anak dilahirkan dengan deformitas fisik atau retardasi mental yang parah.
ii.     Abortus Elektif (Sukarela) / Abortus Provokatus Kriminalis
Adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable (mampu hidup) atas permintaan pasien, teapi bukan disebabkan risiko ibu atau penyakit janin. Atau aburtus pada kehamilan yang tidak diinginkan.

1.3.   Patofisiologi
 Etiologi abortus menurut Norman F. Gant diantaranya:
a.     Kelainan perkembangan zigot
Temuan morfologik yang paling sering ditemukan pada abortus spontan dini adalah kelainan perkembangan sigot, mudigah, janin dini, atau, kadang, plasenta.  Perkembangan janin yang abnormal terutama pada trimester pertama- dapat diklasifikasikan sebagai perkembangan abnormal (aneploidi) dan normal (euploidi).
                         i.        Abortus aneploidi-50 sampai 60% abortus spontan dini disebabkan oleh anomaly kromosom bayi.
                        ii.        Abortus euploidi-abortus pada janin dengan kromosom normal biasanya terjadi pada usia gestasi lebih lanjut. (Norman F. Gant, 2010)
b.    Faktor maternal
Berbagai penyakit dan kelainan perkembangan diperkirakan berperan dalam abortus euploid.
                         i.        Infeksi kronik
Listeria monocytogenes dan toxoplasma gondii dapat menyebabkan abortus. Isolasi mycoplasma hominis dan ureaplasma urealyticum dari traktus genitalia.
                        ii.        Efek Endokrin
Insiden abortus dilaporkan meningkat akibat hipertiroidisme, diabetes mellitus, dan defisiensi progesteron.
                       iii.        Obat reaksional dan toksin lingungan
a)     Tembakau dihubungkan dengan peningkatan insiden abortus euploidi.
b)    Alcohol, dengan konsumsi sedang dapat menyebabkan abortus euploidi. Radiasi dalam dosis yang cukup terbukti merupakan abortifasien.
c)     Lingkungan misalnya arsen, timah hitam, formaldehid, benzene, dan etilen oksida dapat meningkatkan angka abortus.
                       iv.        Faktor imunologik
a)     Adanya mekanisme autoimun, yaitu mekanisme repon selular atau humoral yang ditujukan ke bagian tertentu pejamu itu sendiri contohnya SLE.
b)    Alogeneitas, yaitu ketidakcocokan genetic pada berbagai hewan dalam satu spesies. Janin manusia merupakan transplan alogenik yang yang ditoleransi oleh ibunya atas alas an-alasan yang belum sepenuhnya dipahami walaupun terdapat beberapa mekanisme imunologik yang yang dilaporkan dapat mencegah penolakan janin.
                        v.        Gamet yang menua
Usia sperma dan sel telur  dapat mempengaruhi angka abortus spontan.
                       vi.        Laparatomi- trauma laparatomi kadang dapat memicu abortus. Semangkin dekat letak pembedahan dengan organ-organ panggul, maka resikonya semakin besar.
c.     Faktor Paternal
Translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan terbentuknya zigot yang memiliki bahan romosom terlalu sedikit atau banyak sehingga menyebabkan abortus.




Manifestasi Klinis ((Ida Ayu, 2010)     
Jenis Abortus
Manifestasi KLinik
Terapi
Abortus imminem
·       Nyeri/kramp abdomen ringan
·       Perdarahan ringan, encer
·       Pemeriksaan dalam:
-       Serviks tertutup
-       Hegar positif
-       Piskacek positif
-       Chadwieck positif
·       Tes kehamilan positif
·       Istirahat total
·       Terapi medikamentosa:
-     Sedative ringan
-     Plasentogenik hormonal
v  Duphaston
v  Gestanon
v  Premaston
-     Relaksana
v  Duphadilan
·       Kegagalan, menjadi abortus insipient
Abortus insipient
·       Terasa nyeri, kramp lebih berat
·       Perdarahan disertai gumpalan
·       Pemeriksaan dalam:
-       Servik sudah ada
-       Ketuban menonjol
-       Kontraksi uterus
·       Tes kehamilan mungkin masih poitif
·       Abortus tidak mungkin dihindari, sebaiknya diikuti terminasi.
·       Perdarahan dapat dihentikan.
Abortus inkompletus
·       Mengeluarkan jarngan sebagian masih intra uterine
·       Ancaman perdarah, keganasan, dan infeksi
·       Pemeriksaan dalam:
-       Servik ada, teraba jaringan sisa
-       Perdarahan dapat bertambah
·       Tidak dapat dipertahankan
·       Perdarahan mengancam sisa hasil konsepsi dengan kuretase
·       Kepastian diperiksakan PA
·       Terapi tambahan:
-       Infus caian pengganti
-       Transfuse darah
-       Antibiotika IV / IM dan uteritonika, perdarahan dapat diatasi.
Abortus kompletus
·       Perdarahan sudah minimal
·       Jaringan sudah ekspulsi total
·       Besarnya uterus mendekati normal
·       Pemeriksaan dalam:
-       Serviks masih ada, jaringan kosong
-       Perdarahan minimal
·       Sebagian ahli berpendapat, oleh karena sudah lengkap ekspulsi, tidak perlu dibersihkan dengan kuretase
·       Sisa hasil konsepsi menimbulakan bahaya:
-        Perdarahan
-       Infeksi
-       Degenerasi ganas-khorio Ca


1.4.   Cara Mendiagnosis
Hasil pemeriksaan USG tidak normal (Ida Ayu, 2010)
Bentuk abnormal
Keterangan
Blighted Ovum
·         Terbentuknya plasenta tetapi fetal plate tidak terbentuk.
·         Gestation sac, bentuknya tidak teratur, tertekan oleh dinding uterus
·         Ter kehamilan positif, sebaiknya terminasi oleh karena tidak akan terjadi kehamilan
Mola hidatidosa
·         Tampak gambaran seperti TV mati, akibat terdapat gelembung mola dengan hidropik degenerasi.
·         Tes hamil positif kuat.
·         Pos terminasi diikuti dengan khemoterapi.
Kelainan kongenital
·         Kemungkinan kelainan kongenital:\
-       Anasefalus.
-       Hidrosefalus.
-       Spina bifida.
-       Kelainan lainnya.
·         Untuk kepastiannya dilakukan evaluasi dan konsultasi

1.5.   Standar Penanganan/Pengobatan
a.     Abortus imminen: terapi bedrest, tokolitik, plasentogenik hormonal, ANC-hamil aterm
b.    Abortus insipient, inkompletur, kompletus :
-       Pasang infus cairan pengganti.
-       Transfuse darah
-       Persiapan untuk kuretase:
·         Mempercepat pengambilan jaringan-hasil konsepsi
·         Mempercepat berhentinya pendarahan
·         Mengurangi infeksi dan degenerasi gasan.
-       Tambahan terapi:
·         Antibiotika
·         Uterotonika
·         Terapi suportif
c.     Missed abortion
-       Persiapan terminasi
·         Pemeriksaan fisik umum
·         Pemeriksaan laboratorium. Faal hemostatis darah : trombosit, bleeding/clothing time, jumlah fibrinogen darah.
-       Bila besar uterus diatas 14 minggu:
·         Persiapan: estradiol 2×40 mg selama 3-5 hari, laminaria 24-48 jam
·         Profilaksis antibiotika.
-       Besar uterus kurang dari 14 minggu:
·         Langsung D&C
·         Dilindungi oksitosin drip
-       Induksi terminasi:
·         Oksitosin drip
·         Prostaglandine
-       Ekspulsi spontan:
·         Ikuti dengan kuretase untuk menjamin bersih (Ida Ayu, 2010)



BAB II
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.1.   Pengkajian
Data yang dikaji menurut Virginia Handerson :
1)      Pola Bernapas
Pada pasien abortus pola napas normal, tidak ada suara napas tamabahan, bunyi padu jelas dan vesikuler.
2)      Pola Makan dan Minum
Kurang nutrisi pada saat sebelum dan sesudah abortus.
3)      Pola Eliminasi
Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat, bising usus tidak ada.
4)      Pola Mobilisasi
Pada pasien pasca abortus diharuskan untuk bedrest total untuk mencegah terjadinya perdarahan.
5)      Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum abortus pola tidur pasien biasanya normal 7-8 jam, setelah abortus pola tidur pasien kurang dari 7 jam.
6)      Pola Berpakaian
Pada penderita abortus tidak ada masalah dalam berpakaian, namun pada saat terjadi perdarahan berulang basanya memakai baju longgar.
7)      Pola Suhu Tubuh
Biasanya pada pasien abortus suhu dalam batas normal (36-37 C°).
8)      Pola kebersihan Tubuh
Pada pasien abortus kebersihan pasien tidak ada masalah.
9)      Pola Menghindari Bahaya
Kemanan dan pencegahan pada pasien sebelum terjadi abortus kurang diperhatikan, sehingga mudah terjadi abortus pada kehamilan dini.
10)   Pola Komunikasi
Pada penderita aborsi dalam berkomunikasi tidak ada masalah, namun dalam berkomunikasi perawat harus mengutamakan privasi klien.
11)   Pola Bekerja
Pada pasien abortus biasanya sebelum terjadi abortus beban kerja pasien berat, terlalu banyak aktivitas.
12)   Pola Bermain
Biasanya pada pasien dengan abortus sering terpapar toksoplasma dari peliharaanannya yang menyebabkan abortus.
13)   Pola Belajar
Biasanya pasien dalam mengambil keputusan dibantu oleh suami dan keluarga. Pasien dalam menghadapi masalah meminta bantuan kepada keluarga serta teman terdekat pasien.
14)   Pola Spiritual
Pasien sebelum mengalami abortus jarang beribadah.

2.2.   Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaborasi
No. DX
Diagnosa
Keterangan
1.         
Diagnosa Keperawatan
Koping/Toleransi Stress: Respon Koping: Ansietas

Definisi
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman.

Batasan Karakteristik
·     Perilaku:
-          Penurunan produktivitas
-          Gerakan yang irelevan
-          Gelisah
-          Melihat sepintas
-          Insomnia
-          Kontak mata yang buruk
-          Mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup
-          Agitasi
-          Mengintai
-          Tampak waspada.
·     Afektif:
-          Gelisah
-          Kesedihan yang mendalam
-          Distress
-          Ketakutan
-          Perasaan yang tidak adekuat
-          Berfokus pada diri sendiri
-          Peningkatan kewaspadaan
-          Iritabilitas
-          Gugup
-          Senang berlebihan
-          Rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan
-          Peningkatan rasa ketidakberdayaan persisten
-          Bingung
-          Menyesal
-          Ragu/tidak percaya diri
-          Khawatir

·     Fisiologis :
-          Wajah tegang
-          Tremor tangan
-          Peningkatan ketegangan
-          Gemetar
-          Tremor
-          Suara bergetar
·     Simpatik :
-          Anoreksia
-          Eksitasi kardiovaskuler
-          Diare
-          Mulut kering
-          Wajah merah
-          Jantung berdebar-debar
-          Peningkatan tekanan darah
-          Peningkatan denyut nadi
-          Peninkatan reflex
-          Peningkatan frekuesi pernapasan
-          Pupil melebar
-          Kesulitan bernapas
-          Vasokontriksi superfisial
-          Kedutan pada otot
-          Lemah
·     Parasimpatik :
-          Nyeri abdomen
-          Penurunan tekanan darah
-          Penurunan denyut nadi
-          Diare
-          Vertigo
-          Letih
-          Mual
-          Gangguan tidur
-          Kesemutan pada ekstremitas
-          Sering berkemih
-          Anyang-anyang
-          Dorongan segera berkemih
·     Kognitif
-          Menyadari gejala fisiologis
-          Bloking pikiran
-          Konffusi
-          Penurunan lapang persepsi
-          Kesulitan berkonsentrasi
-          Penurunan kemampuan untuk belajar
-          Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
-          Ketakutan terhadap konsekuensi yang tidak spesifik.
-          Lupa
-          Gangguan perhatian
-          Khawatir
-          Melamun
-          Cenderung menyalahkan orang lain
Faktor yang berhubungan
·     Perubahan dalam:
-          Status ekonomi
-          Lingkungan
-          Status kesehatan
-          Pola interaksi
-          Fungsi peran
-          Status peran
·     Pemajanan toksin
·     Terkait keluarga
·     Herediter
·     Infeksi/kontaminan interpersonal
·     Penularan penyakit interpersonal
·     Krisi maturasi
·     Krisis situasional
·     Stress
·     Penyalahgunaan zat
·     Ancaman kematian
·     Ancaman pada:
-          Status ekonomi
-          Lingkungan
-          Status kesehatan
-          Pola interaksi
-          Fungsi peran
-          Status peran
-          Konsep diri
·     Konflik yang tidak disadari mengenai tujuan penting hidup
·     Konflik yang tidak disadari mengenai nilai yang esensial/penting
·     Kebutuhan yang tidak dipenuhi.
2.
Diagnosa Keperawatan
Keamanan/perlindungan : Risiko Infeksi
Definisi
Mengalami peningkatan risiko terserang organisme patogenik

Batasan Karakteristik
-
Faktor yang berhubungan
-
Faktor risiko
·     Penyakit kronis
-          DM
-          Obesitas
·     Pengetahuan yang tidqak cukup untuk menghindari pemajanan pathogen
·     Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
-          Gangguan peristaltis
-          Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter intravena, prosedur invasif)
-          Perubahan sekresi pH
-          Penurunan kerja siliaris
-          Pecah ketuban dini
-          Pecah ketuban lama
-          Merokok
-          Statis cairan tubuh
-          Trauma jaringan (mis.,trauma, destruksi jaringan)
·     Ketidakadekuatan pertahanan sekunder:
-          Penurunan hemodlobin
-          Imunosupresi (mis., imunitas didapat tidak adekuat; agens farmaseutikal termasuk imunosupresan , steroid, antibody monoclonal, imunomodulator)
-          Leukopenia
-          Supresi respon inflamasi
·     Vaksinasi tidak adekuat
·     Pemajanan terhadap pathogen lingkungan meningkat
-          Wabah
·     Malnutrisi.

2.3.   Perencanaan

Perencanaan
No.
Outcome ( NOC )
Rencana Tindakan ( NIC )
1.
Koping/Toleransi Stress: Respon Koping: Ansietas
Kriteria (NOC) : control kecemasan (1402)
·         Pantau intensitas kecemasan
·         Mengeliminasi penyebab kecemasan
·         Mengurangi ransangan lingkungan ketika cemas.
·         Mencari informasi untuk mengurangi kecemasan
·         Perencanaan strategi coping dalam situasi stress.
·         Menggunakan strategi coping yang efektif.
·         Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan.
·         Mempertahankan kinerja peran
·         Mempertahankan hubungan social
·         Menpertahankan konsentrasi
·         Melaporkan tidur yang cukup,
·         Melaporkan adanya manifestasi fisik dari kecemasan
·         Manifestasi perilaku pada saat kecemasan tidak ada.
·         Control respon kecemasan.
Sub kegiatan :

Support Group (5430)
·         menentukan tujuan kelompok dan sifat dari proses kelompok
·         menciptakan suasana santai, menerima suasana
·         menjelaskan tujuan awal  kelompok dan anggota dan tanggung jawab pemimpin
·         memilih anggota yang dapat memberikan kontribusi dan manfaat dari interaksi kelompok
·         membentuk kelompok dengan jumalah 5 hingga 12 anggota,
·         menentukan waktu dan tempat untuk pertemuan kelompok.
·         Pertemuan dilakukan satu sampai dua jam, disesuaikan.
·         mempublikasikan kebijakan keanggotaan untuk menghindari masalah yang mungkin timbul saat kelompok berlangsung.
·         memantau dan mengarahkan keterlibatan aktif anggota kelompok
·         mendorong ekspresi dan berbagi pengetahuan pengalaman
·         mendorong rasa gotong royong
·         menekankan pentingnya mengatasi coping  yang aktif.
·         mengidentifikasi tema topik yang terjadi dalam diskusi kelompok
·         membantu kemajuan kelompok melalui tahap perkembangan kelompok: dari orientasi melalui kekompakan pemutusan

Teaching: Individual (5606)
·          menilai tingkat saat pasien pengetahuan dan pemahaman tentang konten
·         menentukan kemampuan pasien untuk mempelajari informasi khusus (misalnya, tingkat perkembangan, tingkat fisiologis, orientasi, nyeri, kelelahan, kebutuhan dasar terpenuhi, keadaan emosional, dan adaptasi terhadap penyakit)
·         menentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi tertentu (yaitu, keyakinan kesehatan, ketidakpatuhan masa lalu, pengalaman buruk dengan perawatan kesehatan / pembelajaran, dan tujuan yang saling bertentangan)
·         menyesuaikan konten kognitif pasien, psikomotor, dan / atau afektif kemampuan / cacat

2.
Keamanan/perlindungan : Risiko Infeksi
Kriteria Hasil : deteksi resiko (1908) dan
·         mengenali tanda-tanda dan gejala yang mengindikasikan risiko
·         mengidentifikasi risiko kesehatan yang potensial
·         mencari validasi dari risiko yang dirasakan
·         melakukan pemeriksaan diri pada interval yang direkomendasikan
·         memakai sumber daya yang ada untuk menginformasikan potensial resiko.
·         menggunakan layanan kesehatan kongruen sesuai kebutuhan
Sub kegiatan :

Vital Sign Mnitoring (6680)
·         monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan pasien.
·         memulai dan mempertahankan perangkat pemantauan suhu terus menerus, yang sesuai.
·         Pantau adanya sianosis sentral dan perifer.
·         Periksa secara periodic alat bantu yang dipergunakan pasien.

Shock Management (4250)
·         Pantau tanda-tanda vital, tekanan ortostatik darah, status mental, dan output urin
·         Posisikan posisi  pasien untuk perfusi yang optimal.
·         Menjaga kepatenan infusan.
·         Pantau tanda-tanda hemodinamik (contoh tekanan vena sentral, CRT)

REFERENSI
Dorland. (2002). Kamus Kedokteran Dorland (29 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Gant, N. F. (2010). Dasar-Dasar Ginekologi & Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Herdman, Heather  (2012). NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Ida Ayu, d. (2010). Bulku Ajar Penutun Kuliah Ginekologi. Jakarata: CV. Trans info Media.
Johnson, Marion (2000). Nursing Outcome Classification (NOC). America: Mosby
Dochterman, McCoskey. dkk (2004). Nursing Interventions Classification (NIC).America: Mosby
Yulaikhah, L. (Jakarta). Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. 2008: Penerbit Buku Kedokteran EGC.